“Sampai dengan saat ini, belum ada respon dari pemerintah sehingga masyarakat swadaya membuat gelagar darurat agar bisa dilalui khusus kendaraan roda.

Sementara untuk kendaraan roda 4 belum bisa karena diameter kayu yang digunakan berukuran kecil.

Warga terpaksa membuat gelagar darurat mengunakan kayu sepanjang 15 meter dan lebar 3 meter.

Sejak putusnya orpit jembatan ini warga kesulitan dapatkan pasokan sembako dan BBM karena sumber satu – satu dari kota Kupang melewati jalur darat,” ungkapnya.

Mewakili Pemerintah Desa dan masyarakat ia berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk membenahi oprit jembatan tersebut.