“Maka dari itu, menjadikan tema pangan lokal sebagai mulok merupakan salah satu upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini juga merupakan cara yang efektif untuk menjaga pengetahuan tentang pangan lokal agar tidak punah karena diajarkan sedini mungkin,” imbuhnya.
Hadir membuka kegiatan ini, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Yohanis Benu menegaskan pihaknya mendukung kegiatan ini.
“Kami mendukung kegiatan ini karena kegiatan ini bermanfaat bagi banyak orang,” ujarnya.
Menurut pria yang akrab disapa Anis ini, kondisi perubahan iklim dan ketahanan pangan menjadi hal penting di Kabupaten TTS.
Dirinya berharap dengan adanya lokakarya guna merancang kurikulum mulok pangan lokal ini akan berkontribusi baik bagi generasi muda di Timor Tengah Selatan.
“Melalui kurikulum ini, anak-anak kita dididik untuk memanfaatkan potensi pangan lokal dan mereka dididik mulai dari sekolah,” tuturnya.
Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kepala Balai Penjamin Mutu Pendidikan atau BPMP NTT, Herdiana, S.T. ,M.BA, Direktur Icraf Indonesia, Andree Ekadinata, Kepala Bapeda Kab. TTS, Yohanis Benu, Kepala dinas P dan K, Musa Benu, Kabid Pembinaan SMP, David Mbolik, Kabid Pembinaan SD, Yordan Liu, para pemangku kepentingan dan undangan lainnya.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.