Penulis : Yoseph Bataona

FAKTAHUKUMNTT.COM, Ungkapan Menteri Bapak Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan Dengan usia yang telah mencapai 67 tahun, saya melihat Kopassus bertambah matang dengan reputasinya yang bagus. Harapan saya ke depan, Kopassus harus terus bisa menjaga nama, derajat dan kehormatan Korps Baret Merah. Jangan jadi pecundang, jangan juga jadi berpolitik praktis termasuk keluarga maupun anak istrinya. Semua politikmu adalah politik tentara, politik Sapta Marga, politik Sumpah Prajurit, kalau saya boleh sebut politik.

Pesan saya kepada para perwira dan para prajurit di Kopassus, jangan kau lacurkan profesionalismemu hanya untuk memperoleh sesuatu. Arahkan loyalitasmu tegak lurus pada Panglima tertinggi dan pada organisasimu, bukan pada individu yang pernah memimpin.

Sama seperti yang selalu saya sampaikan sewaktu saya menjadi Komandan Detasemen 81 dan posisi komandan lainnya di Kopassus, bahwa hari ini saya komandanmu, tapi jika besok atau lusa saya pensiun saya bukan komandanmu lagi. Saya adalah seniormu yang pernah jadi atasanmu. Saya pribadi sampai hari ini menghormati senior saya, tapi loyalitas saya tidak pernah menjadi ganda atau menjadi loyalitas semu pada orang lain.

Ingat, sudah banyak prajurit-prajurit terbaik Kopassus yang menghiasi taman makam pahlawan. Mereka mengorbankan hartanya yang termahal, yaitu nyawanya untuk mempertahankan derajat, nama dan kerhormatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Jangan sampai dari tempat istirahat terakhirnya, mereka melihat kita menghianati apa yang sudah mereka perjuangkan.

Salah satu teman seperjuangan saya adalah mendiang Niko Tomatar yang bertempur sampai titik darah penghabisan di Bogonaro Timor Timur dulu. Niko ditembaki Fretilin dari kiri dan kanan, tapi tetap memberikan perlawanan sampai saat terakhirnya.

Selain gugur di tugas operasi, banyak teman-teman seangkatan saya di Kopassus yang sudah pergi karena umur. Beberapa diantaranya ada almarhum Edward Simbolon, Budiono, Marpaung, dan Kirbiantoro. Sampai sekarang saya masih ingat setiap wajah mereka. Kami sama-sama menenteng senjata tanpa pernah saling bertanya apa agama, suku, dan latar belakang masing-masing. Yang kita tanya waktu itu, “Kau berani nggak, kau siap nggak?” Pengalaman itulah yang terus mewarnai saya sekarang. Inilah jawabannya untuk orang-orang yang tidak paham kenapa saya sekarang begitu keras mempertahankan Pancasila sebagai ideologi yang tidak boleh diganggu gugat.

Dibandingkan mereka yang telah pergi, saya merasa masih sangat beruntung karena mereka tidak pernah melihat Indonesia begini maju. Saya bersyukur Tuhan masih beri saya umur panjang. Dengan sisa umur segini, saya ingin mengabdikan diri pada Republik ini.

Dan saya bersyukur sekarang menjadi bagian dari bagian penting dari proses pengambilan keputusan di negeri ini. Oleh karena itu saya selalu berpikir berbuat yang terbaik untuk NKRI, TNI, TNI AD lebih terbaik lagi buat Kopassus. Mungkin banyak orang tidak mengetahuinya, tapi itulah janji saya karena saya sudah dapat semua yang saya pernah impikan.

Saya tahu apa yang saya lakukan hari ini karena didikan dan tempaan Baret Merah selama hampir 22 tahun karir saya. Kopassus banyak mendidik saya menyangkut disiplin, daya juang, team work, dan leadership. Kelebihan di Kopassus, selain bahwa mereka selalu berlatih super keras, adalah mengenai bagaimana menumbuhkan kesetiaan pada korps, pada kawan, pada atasan dan bawahan.

Walaupun karir militer saya mungkin tidak mencapai pada tingkat paling tinggi tapi saya puas dengan apa yang telah saya lakukan selama saya menjadi prajurit. Saya lebih puas lagi bahwa saya sempat berkarya seperti ini. Dan saya tidak menyesali apa yang sudah saya lakukan.(DA)