Penulis : Yurgo Purab

Beragam etnis Ile Jadi, Lewo Alap-Tana Alap dan Tena Mau, sudah menjadi kesatuan Lamaholot maka yang dipandang perlu adalah persatuan, kekerabatan dan persaudaraan untuk senantiasa hugu pupu bao basan lein lau weran rae nigun teti wanan lali.

SELERA BUDAYA KEKINIAN

Jika ditarik benang merah dari pelbagai analisa dan temuan dialektika budaya Lamaholot, maka dapat diketahui bahwa Bumi Lamaholot adalah negeri yang sungguh melimpah dengan potensi budaya dan nilai sejarahnya. Inilah kekayaan anak-anak ke lao ke dara yang tak pernah ada habisnya. Akan tetapi, menimbang situasi saat ini, pada perkembangan teknologi dan dunia digital yang kian menggerus tradisi kelamaholotan, maka ada keprihatinan yang mulai nampak kuat di antara para penjaga tradisi, penggiat dan pemerhati kebudayaan.

Teknologi dan segala tetek bengek kemajuan dewasa ini, walau di satu sisi, melahirkan banyak kemajuan dan keragaman pikiran inovatif, tetapi tetap saja memiliki sisi negatif yang tak dapat dihindari. Mengapa demikian?

Fakta menunjukkan bahwa kemajuan teknologi telah mengubah kebudayaan azali dengan cepat. Generasi muda yang sering mengkampanyekan diri sebagai generasi milenial, mulai tampak cuek dan kurang patuh pada kreasi budaya lokal. Nilai-nilai budaya lokal yang mengutamakan kesantunan, persaudaraan, hugu pupu, nampak luntur ketika mental individualisme moe-moe, goe-goe (kamu-kamu, saya-saya) mendominasi pemikiran dan khazanah hidup sehari-hari.