Penulis : Yurgo Purab

Pelbagai problem dasar kehidupan budaya saat ini, tentu menampakkan wujudnya juga dalam kehidupan orang-orang Lamaholot. Jika demikian, orang bisa saja bertanya, apa yang perlu dilakukan? Bukankah semua orang di bumi ke lao ke dara dibesarkan di tengah-tengah budaya Lamaholot? Nenek moyang Lamaholot telah menciptakan dan melahirkan budaya, maka budaya-yang lebih gagah disebut sebagai tata adat-istiadat adalah hasil upaya-yang tak lain adalah usaha, kemauan, keinginan yang begitu penting untuk dihidupi dalam keseharian. Ia tidak boleh menjadi aus atau kemudian lekang-sebab menjadi rambu-rambu kehidupan sepanjang zaman.

Manusia yang baik adalah dia yang tidak mengatur keberadaannya menurut apa yang dipikirkan, melainkan harus berpikir sesuai kondisi lingkungan budayanya. Budaya adalah hal dasar-gairah, amor, simpati dan hasrat yang menentukan bagaimana orang seharusnya menjalani hidupnya (cfr.Ignas Kleden, Jejak Filsafat Kontemporer Dalam Politik Indonesia. Jakarta: Freedom Institute, 2003).

Budaya Lamaholot adalah gizi kehidupan-nutrisi yang memberi bentuk kepada semua penghuninya. Maka itu, upaya untuk menghidupi dan mempertahankan keazlian bentuk dan ragamnya menjadi penting dan perlu.

Nirwan Dewanto, seorang penyair dan penggiat budaya, pernah mengatakan bahwa untuk merubah dunia,orang bukan hanya bertarung dengan teknologi tetapi harus bermain-main dengan medium budaya-dengan bentuk budaya yang mengakar dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan budaya, orang bisa dihantar untuk memahami diri dan lingkungannya dan dengan berbudaya, orang bisa membidik anak panah kehidupan secara tepat sasar ke masa depan.