Penulis : Yurgo Purab

Belanja masyarakat tersebut secara langsung akan merambah pada sektor UMKM. Sektor ini dekat dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perilaku ekonomi kelompok masyarakat bawah. Apabila hal ini berjalan, maka terdapat multiplier effect yang merambah sektor-sektor lain.

Namun, UMKM tidak serta merta kebal terhadap akibat dari terjangan pandemi dan badai resesi. Meskipun pemerintah mengelontoran dukungan terhadap UMKM, namun apabila kondisi inflasi tidak dikendalikan dengan baik, ditambah adanya perlambatan kondisi makro ekonomi, maka seluruh dunia usaha juga akan menanggung akibatnya.

Beberapa kendala lain yang dialami oleh UMKM adalah permasalahan pemasaran, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan inovasi, kesulitan akses terhadap pembiayaan, maupun keterbatasan terhadap digitalisasi/teknologi. Seluruh pelaku bisnis ini harus memiliki mental yang adaptif, termasuk akses terhadap penggunaan sarana digital, baik dalam pembukuan, transaksi, pemasaran dan hal lain baik dari hulu sampai hilir.

Menurut data BPS, kurang dari 15% dari pelaku usaha ini yang terhubung secara digital. Jumlah yang sangat kecil dari seluruh ceruk dalam ekosistem bisnis tersebut. Penggunaan teknologi sebagai bagian dari pemanfaatan inovasi akan memberikan ruang baru yang sangat berguna bagi para pelaku usaha. Sebut saja akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun saluran pembiayaan lain yang difasilitasi pemerintah.