Jakarta (faktahukumntt.com), Petrus Bala Pattyona menduga Nota Politik Dr. Benny Kabur Harman (BKH) penuh emosi karena dalam Nota Politik setebal 9 halaman, ada hampir 5 kata dungu yang BKH labelkan kepadanya. Kepada media faktahukumntt.com via WA, Petrus Bala Pattyona menjawab Nota Politik BKH tersebut tanpa menggunakan kata ‘dungu” tapi menggunakan kata ‘kurang cerdas’. Tanggapan Petrus Bala Pattyona (profesi advokat dan tergabung dalam Advokat Pengawal Konstitusi) ini dimuat lengkap sesuai yang dikirim ke media ini Jumat, 5 Oktober 2018 (Pukul 09.30).
TANGGAPAN PATTYONA TERHADAP NOTA POLITIK DR. BENNY K. HARMAN
Dengan segala hormat.
Pertama-tama saya menyampaikan terima kasih atas tanggapan Bapak yang menjawab Surat Terbuka saya kepada Bapak yang Bapak beri judul *Nota Politik*
Dari judulnya saya sudah mengundang tanya tanya adakah Tuntutan Politik yang saya tujukan kepada Bapak?
Terima kasih atas Nota Politik yang Bapak sampaikan terbuka karena itulah sesuai permintaan saya agar Bapak sampaikan terbuka saja karena Surat saya juga terbuka, mengingat sesaat setelah saya menulis Surat Terbuka, Bapak dalam hitungan menit membawa saya dengan kata-kata ini – saya tulis lengkap, *Itu kan analisis Bung di atas data dengan asumsi informasi itu benar dan saya balas, Bapak jawab saja di group* dan terima kasih atas Nota Politik Bapak terhadap saya.
Saya telah membaca dengan seksama setiap diksi yang Bapak gunakan, saya menduga Nota Politik Bapak penuh emosi karena dalam Nota Politik Bapak setebal 9 halaman, ada hampir 5 kata dungu yang Bapak labelkan kepada saya. Misalnya Bapak mengatakan dulu saya dungu dan sekarang cerdas, atau kedunguan yang tidak perlu. Saya mengutip kata dungu dalam KUBI, halaman 246, dungu: sangat tumpul otaknya, tidak cerdas, bebal, bodoh.
Dalam penjelasan Bapak tentang 4 point’ tuitan Bapak, apakah telah mengakui misalnya Presiden sibuk urus bencana Palu dsk nya, Bapak mengakui dan menulis, *ada perkara yang lebih besar seperti urusan gempa di Palu, masuk akal tentulah.* Kedua, soal Preman-preman itu, Bapak menjawab *Preman disuruh meninju Ratna sehingga terjadi kekerasan itu, ini pun bisa dipahami meski belum tentu benar* Soal Preman yang Bapak kaitkan dengan Pidato Presiden Jokowi di Sentul City Convention Center adalah suatu analogi tidak cerdas– saya tidak menggunakan kata dungu karena Bapak memiliki gelar akademik yang bagi kami di kalangan kampus disapa *Amat Sangat Terpelajar*, dan bapak telah menyandangnya sehingga tentunya Bapak bukan orang dungu.
Bapak juga menulis, bermimpi saya menjadi Ketua Tim Relawan Jokowi, sayangnya Bapak mimpi seperti orang tak cerdas, sekali lagi saya tak gunakan kata dungu atau saudaranya dungu yaitu bebal karena tidak saya tidak sebagai Tim Sukses atau pun relawan. Apa yang saya lakukan selama ini karena panggilan profesi dan nurani sebagai pengacara, yang tentunya berbeda dengan Bapak dengan kerja-kerja politik, apalagi di 2019 saya juga mendukung Bapak dalam doa dan meminta intensi khusus dalam misa agar kembali lagi ke Senayan karena walau 2x gagal di Pilgub NTT. Bapak pun menulis saya mengkampanyekan agar di kampung saya tidak memilih Bapak adalah suatu kekeliruan karena sebagai kawan lama saya mendukung perjuangan Bapak ke NTT 1, dan ternyata gagal bukan karena saya, saya bukan tipe orang yang mau menggagalkan perjuangan Bapak. Saya tidak pernah ikut kampanye dalam perhelatan Pilgub NTT 2018. Sebagai sahabat tentunya harus didukung. Pilgub kedua 2018, kalau Bapak kalah tak ada sedikit pun andil saya, mungkin belum rejeki saja, apalagi perjuangan Bapak selalu didahului dengan doa, Novena khusus, bahkan di hari raya Paskah, Semana Santa 2018 kita sempat ketemu di Kapela Tuan Ma Larantuka. Sempat salaman di tengah ribuan peziarah.
Ketiga soal merendahkan martabat Bapak Presiden, Bapak katakan tidak merendahkan martabat Presiden, soal ini sepertinya Bapak tidak memiliki konsistensi karena di Detikcom 04/10/18 jam 12:53 Bapak telah *mengakui keempat point’ yang Bapak twitt kan itu*
Sekarang Bapak membantah, mudah-mudahan ini bukan logika berpikir dungu, eee maaf Bapak Doktor, yang saya maksud kurang cerdas, sedikit eufemisme saja.
Sekarang Bapak menyadari postingan Bapak tidak cerdas, sudahkah Bapak twitt permintaan maaf?
Keempat, soal diamnya Presiden karena keterbatasan ruang dalam twit, bukankah Bapak bisa twit ulang — retweet di baris berikutnya?
Alasan ini menambah keyakinan saya bahwa twit yang Bapak lakukan hanya hoax, menyebar kebencian, permusuhan, keresahan atau semua hal-hal hal tersebut bisa saja saat itu otak Bapak kurang cerdas, sengaja saya tidak pakai kata dungu.
Sebagai Sahabat yang menyaksikan kesuksesan Bapak di bidang politik membuat saya bangga, menaruh hormat, soal sebagian masyarakat yang memuji atau mencelah Bapak itu hal yang biasa karena setiap perbuatan baik tidak bisa dinilai baik oleh semua masyarakat.Saya termasuk orang yang berpikir positif, baik dan bangga atas sepak terjangnya Bapak, tidak semua orang bisa dibuat senang, atau biarkan saja sebagian orang yang tidak suka itu berkomentar negatif karena mungkin pengalaman mereka saat berinteraksi, mungkin sikap, tutur kata, ucapan, bahasa tubuh Bapak yang mungkin tidak berkenaan.
Buat saya Dr. Benny K Harman tetap sahabat saya walau masa lalu Penggembala sapi di kampung, sehingga sekalipun sudah sukses dan terpandang tetap rendah hati, walau ada info bahwa jalan setapak disamping kandang sapi di kampung, Bapak tutup dan tak mengizinkan warga untuk melintas. Mudah-mudahan info ini hanya hoax. Pada hal berapa sih harga tanah di kampung, tentunya beda dengan Jakarta. Sekali- kali saya undang Bapak ke tempat saya, tidak jauh dari kediaman Gus Dur, di Ciganjur, Jaksel, saya mewakafkan sebagian tanah saya untuk jalan dan diberi nama *Jln. Lembata, ada juga Pangkalan Ojek Lembata, Lapangan Bola Lembata, Pemda rencanakan akan menjadi taman* itu saya tak meminta dibayar, namanya juga wakaf, warga menyapa saya Ustad Petrus karena selalu berpeci.
Terakhir, sebagai Sahabat saya doakan selamat menjalankan kampanye di dapil NTT 1, karena saat ini Bapak sedang di Labuhan Bajo, agar Bapak terpilih untuk kembali ke Senayan dan mudah-mudahan bisa menjadi Ketua MA, Jaksa Agung, Ketua MK, Menkumham atau jabatan-jabatan yang lebih membanggakan, manakalah pasangan yang diusung koalisi Demokrat yaitu Bapak Prabowo Sandi bisa menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Sebagai Penutup, manakala ada kata-kata yang tidak berkenan mohon dimaafkan dan sebagai sesama Umat Katolik di bulan Maria mari kita berdoa Rosario bareng. Tuhan Berkati, sukses selalu. Amin
Sahabatmu
Petrus Bala Pattyona.