Persahabatan kami dengan Prabowo Subianto
Oleh: Romo Alexander Karto Ekselinisius
Saya bersama keluarga sudah mengenal secara pribadi dan dekat dengan Prabowo sejak 2012 lalu. Selama 7 tahun kami banyak meluangkan waktu bersama untuk berbicara dan melakukan hal-hal yang berkualitas khususnya dalam hal membicarakan bagaimana menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan kuat.
Sebagai sahabat dan juga seorang Kristiani, kami melihat bahwa sebenarnya Tuhan sudah sering memberikan kesempatan kepada Prabowo untuk bisa berkarya besar bagi Indonesia, termasuk melalui menjadi RI-1. Hal ini juga sejalan dengan visi yang pernah diterima oleh Alm. Pendeta Petrus Octavianus dan Pendeta Jacob Nahuway, yang bernubuat bahwa Prabowo akan terpilih sebagai RI-1 selama 2 periode (2014 – 2024).
Namun di dalam persahabatan kami dengan Prabowo selama 7 tahun terakhir, kami melihat sendiri bagaimana beliau berkali-kali luput untuk melihat dan menempuh jalan-jalan yang Tuhan sudah bukakan, dan lebih memilih (sadar ataupun tidak sadar) untuk melangkah di luar kasih karunia Allah.
Dalam suatu kesempatan di akhir tahun 2012 setelah Pak Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, kami sempat mengingatkan beliau bahwa bisa saja nanti Ibu Megawati dan PDI-P tidak harus merujuk kepada Perjanjian Batu Tulis dalam hal mencalonkan Pak Prabowo sebagai Capres RI di tahun 2014.
Hal tersebut kemudian dibantah keras oleh Prabowo yang tetap percaya akan loyalitas PDI-P terhadap Perjanjian Batu Tulis tsb. Di momen yang sama kami juga sempat memberikan roadmap yang dapat mengamankan beliau supaya bisa terpilih sebagai RI-1 di tahun 2014. Sayangnya, roadmap tersebut tidak dengan setia (on-off, on-off) dijalani oleh Prabowo.
Singkat cerita, pada hari-H pencoblosan Pilpres 2014 (pada tanggal 9 Juli 2014), beliau memanggil kami sesudah melakukan “sujud kemenangan” di Rumah Kertanegara. Saat itu beliau menyampaikan kepada kami bahwa intinya beliau menyadari belum tentu akan menang dan ingin supaya roadmap yang sempat missing untuk dijalankan beliau tersebut, bisa dijalankan kembali paska pencoblosan 9 Juli 2014.
Saat itu kami menyampaikan bahwa jika Tuhan sudah membuka pintu, maka tidak akan ada yang menutupnya, kecuali diri kita sendiri. Akhirnya Prabowo mulai menjalankan roadmap tersebut (walaupun sudah terlambat), dan berakhir dengan kekalahan kubu Prabowo-Hatta di MK pada Agustus 2014.
Selanjutnya, pada tahun 2018 secara cukup jelas kami percaya bahwa Prabowo mendapatkan kesempatan lagi dari Tuhan untuk bisa menjadi alat Tuhan guna memberkati bangsa Indonesia dan menjadikan bangsa ini besar seturut rencana Tuhan, melalui kepercayaan yang Tuhan berikan sebagai pimpinan tertinggi pemerintahan RI. Namun sayangnya, lagi-lagi Prabowo gagal untuk dengan setia menjalani roadmap yang sudah Tuhan bukakan ini.
Pertama. Pada April 2018 Prabowo sebenarnya mendapatkan tawaran untuk menjadi Cawapres Presiden Joko Widodo. Sebenarnya ini adalah roadmap yang ideal untuk Prabowo dan semua pihak. Sayangnya Prabowo tidak mau mengambil opsi ini. Kalo Prabowo peka terhadap pimpinan Roh Kudus, harusnya Prabowo mengambil opsi ini.
Kedua. Pada bulan Mei – Juli 2018, Prabowo kembali mendapatkan privilege yang luar biasa dari Tuhan untuk bisa memenangkan kontestasi Pilpres 2019 sebagai Capres penantang dari Presiden Joko Widodo. Namun sayangnya, Prabowo kembali menyia-nyiakan jalan tersebut saat sudah bertemu dengan Sandiaga Uno sebagai Cawapres beliau di Agustus 2018.
Dari saat itu, kami dan juga Hamba-Hamba Tuhan yang berdoa untuk bangsa ini dan juga mengasihi Prabowo, berkeyakinan bahwa Prabowo tidak akan memenangkan kontestasi Pilpres 2019. Penjelasan rohani yang dapat dijelaskan adalah bahwa Prabowo kembali “missing the God’s hands” karena kembali bertindak di luar kasih karunia Allah dan gagal menjadi instrumen Tuhan untuk menjalankan rencana-rencanaNya bagi Indonesia melalui posisi politik RI-1. Prabowo lebih memilih untuk melangkah sesuai apa yang dirasakannya benar, dibandingkan berjalan di dalam koridor dan roadmap yang sudah Tuhan berikan, dan menjadi hamba yang bisa Tuhan pakai sesuai hati Tuhan.
Yang kami percayai sejak saat itu adalah Tuhan tidak akan memberikan Prabowo posisi RI-1, tetapi sekalipun demikian rencana Tuhan untuk Indonesia tidak akan batal. Siapapun yang menjadi RI-1 di Indonesia, rencana Tuhan tetap akan terlaksana. Seperti Firman yang konsisten dan tertulis di Alkitab, “The plan of the LORD will stand still and everything He plans will come to pass.”
Visi yang Tuhan berikan kepada manusia seperti nubuatan Pendeta Petrus Oktavianus dan Pendeta Jacob Nahuway terhadap Prabowo menjadi RI-1 dua periode bisa saja tidak terlaksana, tetapi rencana kekal Tuhan untuk Prabowo juga tidak akan batal yaitu yaitu keselamatan jiwanya dalam kekekalan. Lihatlah bagaimana Saul dan Yeroboam bin Nebat yang gagal memenuhi nubuatan yang diarahkan kepada keduanya, bukan karena disebabkan oleh Tuhan yang tidak memberi kesempatan, melainkan karena karakter, sikap dan pilihan bebas mereka yang salah dan berada di luar jalur-jalur kasih karunia Allah.
Prabowo itu sebenarnya sudah mengenal siapa Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Namun karena keinginannya menjadi RI-1 maka Prabowo lebih memilih untuk tampil sebagai “Registered Muslim” guna meraup banyak suara dari pemilih Muslim di Indonesia. Kami sering mendampingi Prabowo makan siang bersama saat bulan Ramadhan termasuk saat Ramadhan 2018 lalu di Indonesia dan di luar negeri. Kami pun bersama-sama Prabowo di luar negeri hanya 1-2 hari sebelum Prabowo terbang ke Arab Saudi pada Mei 2018 untuk “Umroh” dan menemui Rizieq Shihab.
Dan di banyak kesempatan pribadi, Prabowo menyampaikan kepada kami bahwa beliau harus tampil sebagai “registered Muslim” di depan umum hanya karena ingin mengamankan suara mereka guna menjadi RI-1.
Setelah Prabowo terlihat kalah dalam penghitungan suara Pilpres 2019 ini, beliau kembali mulai tersadar kembali bahwa beliau sudah “missing” jalan-jalan/roadmap yang Tuhan sudah bukakan sejak 2018. Beliau mau mencoba untuk memperbaiki kesalahannya asalkan itu bisa membuat beliau menjadi RI-1 pada 2019 ini.
Namun, bukan begitu cara Tuhan bekerja, yang bisa sembarangan saja disetir oleh kesalahan-kesalahan kita sebagai manusia. Memang benar Tuhan maha pengasih dan mengampuni dosa serta kesalahan kita. Namun demikian, akibat dosa dan akibat kesalahan langkah-langkah kita tetaplah harus kita tuai. Lihatlah bagaimana kisah Raja Daud yang harus mundur beberapa langkah saat dikejar-kejar oleh anaknya sendiri saat sudah sebelumnya sempat mengambil keputusan yang salah.
Dari sini Prabowo harus belajar banyak dari kesalahan langkah yang dibuatnya berkali-kali.
Sebagai sahabat Kristiani, kami mendoakan agar bangsa Indonesia tetap dalam keadaan damai (karena Kristus adalah Raja Damai), dan rencana Tuhan bagi bangsa Indonesia tetap akan tercapai. Siapapun bisa Tuhan pakai untuk menjadi kepanjangan tangan Tuhan bagi suatu bangsa, termasuk Republik Indonesia.
Presiden Joko Widodo (yang notabene adalah manusia biasa) memang belum sempurna menjalankan pemerintahan ini (dan tidak ada satupun Presiden/kepala pemerintahan di dunia ini yang sempurna menjalankan pemerintahannya); namun Prabowo pun sudah gagal Tuhan arahkan untuk menggantikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 ini.
Jadi, dengan demikian, tidak ada pilihan lain bagi Prabowo dan sahabat-sahabat di sekitar beliau untuk tunduk patuh terhadap hukum, karena hukum dan pemerintahan adalah kepanjangan tangan Tuhan untuk menyatakan kehendakNya (sesuai di Kitab Roma 13) di muka bumi ini.
Kita terus berdoa dan berusaha untuk menjadikan bangsa dan negara Indonesia menjadi lebih baik dalam segala hal melalui jalan-jalan yang kita tempuh di bawah kasih karunia Allah. Jika ada yang tidak puas terhadap jalannya pemerintahan, ketidaksempurnaan Pemilu 2019 (karena tidak ada satupun Pemilu yang sempurna di dunia ini), dan banyaknya anggota KPPS yang meninggal, bawalah semuanya itu di dalam doa dan bertindaklah secara proporsional dalam koridor hukum.
Kita tidak perlu memaksakan siapapun untuk menjadi RI-1, karena Tuhan Yesus Kristus (Yesaya 9:6 “Raja Politik Alam Semesta dimana Kuasa Pemerintahan ada di bahu Nya”.) bisa bekerja lewat siapapun yang diijinkan Tuhan untuk terpilih dan dilantik pada Oktober 2019 nanti.
Kita tidak perlu memaksakan kehendak dan merekayasa keadaan termasuk merekayasa People Power. People power itu tidak perlu direkayasa. Marilah kita semua melakukan introspeksi diri dan cek hati kita masing-masing yang paling dalam.
Tuhan adalah Hakim yang adil dalam menyatakan keadilanNya kepada masing-masing pihak. Doa kami selalu untuk sahabat kami Prabowo, bangsa Indonesia dan Presiden Jokowi. (Redaksi)