FK-Pertandingan Barcelona melawan Atletico Madrid baru-baru ini memunculkan kembali diskusi tentang filosofi sepak bola ofensif yang diterapkan oleh Hansi Flick. Blaugrana memimpin 4-2 sebelum akhirnya harus puas dengan hasil imbang 4-4 setelah kebobolan dua gol di lima menit terakhir.

Hasil ini mengingatkan pada era Johan Cruyff, ketika Barcelona sering tampil atraktif tetapi juga rentan secara defensif. Flick, yang dikenal dengan filosofi menyerangnya, tidak menyembunyikan niatnya untuk membuat Barcelona menjadi tim yang mendominasi permainan dengan terus menekan lawan dan mencetak gol sebanyak mungkin.

Strategi Flick: Menyerang dan Mengambil Risiko

Gaya permainan Barcelona di bawah Flick mengandalkan tekanan tinggi dan pertahanan linier. Ini bukan pendekatan baru—saat masih melatih Bayern Munich, Flick menerapkan filosofi yang sama dan sukses meraih treble winner. Namun, pendekatan ini juga memiliki kelemahan, terutama ketika kehilangan kendali atas bola di menit-menit krusial.

Ketika menghadapi Real Madrid di Piala Super, Barcelona menunjukkan potensi luar biasa, bahkan nyaris mencetak kemenangan besar jika bukan karena beberapa faktor di luar kendali mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Flick tidak hanya ingin menang, tetapi juga ingin mendominasi permainan dengan gaya yang menghibur.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.