Waingapu, FHNC – Dalam momentum PDLH IX yang digelar di Sumba Timur (25 September 2025), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nusa Tenggara Timur resmi memilih Yuvensius Stefanus Nonga sebagai nahkoda baru untuk periode 2025–2029. Bagi banyak penggiat lingkungan dan masyarakat terdampak di NTT, pemilihan ini bukan sekadar pergantian figur, melainkan sinyal pergeseran strategi perjuangan lingkungan menuju aksi yang lebih tegas dan pro-rakyat, terutama dalam menghadapi dominasi modal dan oligarki yang telah lama mendominasi kebijakan ruang hidup dan sumber daya alam di provinsi ini.
NTT, meski kaya akan keanekaragaman hayati dan budaya, berada di garis depan dampak krisis iklim dan kerusakan ekologis. Tekanan proyek pertambangan, investasi skala besar dalam sektor pariwisata, ekspansi perkebunan, dan reklamasi pesisir kerap menimbulkan konflik agraria dan perampasan ruang hidup. Dalam banyak kasus, kebijakan lokal yang harusnya melindungi warga sering kali justru tunduk pada kepentingan modal besar, memperlebar kesenjangan kewilayahan dan memperlemah posisi tawar komunitas adat dan petani.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.