Penulis: Anggelica Loverani Kurin (Prodi Ilmu Administrasi negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana)
FAKTAHUKUMNTT.COM, OPINI – Nama Ratu Ngadu Bonu Wulla kini tengah menjadi perbincangan belakangan ini. Karena ia mengundurkan diri sebagai caleg Partai NasDem Ditengah Proses Rekapitulasi Nasional pemilihan umum (pemilu) 2024. Padahal, ia memperoleh suara terbanyak di dapil NTT II mendapatkan posisi ketiga mengalahkan politikus NasDem, Viktor Bungtilu Laiskodat di dapil yang sama.
Ratu Wulla bergabung di partai NasDem sebagai Ketua GP NasDem Sumba Barat Daya, sebagai informasi dapil NTT II meliputi Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Timor, Rote, Sabu serta Kabupaten dan Kota Kupang.
Keputusan Ratu mundur disaat ia sudah menyegel 1 kursi di senayan justru memberikan jalan bagi Viktor untuk lolos parlemen. Padahal, banyaknya suara yang diperoleh bisa mengantarkan Beliau kembali menduduki kursi DPR RI. Ia hanya kalah suara dari caleg Partai Demokrat, Anita Jacoba Gah dan Melkiades Laka Lena dari Partai Golkar.
Banyak spekulasi bermunculan mengenai alasan pengunduran diri Ratu Wulla, salah satunya adalah agar bisa meloloskan caleg satu partai dengannya, yaitu Viktor Bungtilu Laiskodat. Namun, dari pihak partai sendiri masih enggan memberikan klarifikasi mengenai berita tersebut. Mereka menyatakan bahwa pengunduran diri Ratu Wulla bukan merupakan paksaan dari partai, melainkan keputusan pribadi dari Ratu Wulla.
Meskipun demikian, mengikuti aturan yang berlaku, caleg peraih suara tertinggi urutan kedua berpotensi untuk maju ke Senayan menggantikan Ratu. Caleg NasDem tertinggi kedua tersebut adalah Viktor Laiskodat, yang merupakan eks Gubernur NTT.
KPU baru Saja menerima surat tersebut secara resmi yang disampaikan oleh Ketua Divisi Teknis KPU, Idham Holik, di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024).
“Secara resmi kami baru mendapatkan calon yang berdasarkan hasil rekapitulasi yang memperoleh hasil terbanyak dan mengundurkan diri itu dari Partai Nasdem untuk pemilu anggota DPR RI dari NTT,” ujar Koordinator Divisi Teknis KPU RI Idham Holik saat ditemui, Kamis (21/3/2024).
“Dan dalam aturan mengenai penetapan calon terpilih, memang memungkinkan calon anggota legislatif mengundurkan diri karena itu adalah bagian hak politik,” sambung Idham Holik.
Pasal 48 ayat (5) menyatakan KPU bisa mengganti calon terpilih anggota DPR dengan caleg yang memiliki suara terbanyak berikutnya dari partai politik yang sama di dapil yang bersangkutan. Tetapi KPU masih belum memutuskan bagaimana nasib Ratu Wulla caleg NasDem yang mundur tersebut.
Ratu Wulla adalah istri dari mantan Bupati Sumba Barat Daya, Markus Dairo Talu dan dikaruniai empat anak, Ratu Wulla adalah politikus yang lahir Waikabubak, Nusa Tenggara Timur, pada 12 Oktober 1979. Dia meraih gelar sarjana Teknik Sipil di Universitas Mataram pada 2002.
Ratu kemudian bergabung dengan Partai Nasdem sejak 2014 dan menjabat sebagai Wakil Sekretaris DPD Partai NasDem Kabupaten Sumba Barat Daya (2014–2019).
Dia merupakan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) fraksi Nasdem periode 2019-2024. Saat ini, Ratu Wulla masih menjadi anggota Komisi IX DPR RI sebagai mitra kerja pemerintah dalam bidang kesehatan dan ketenagakerjaan.
Ratu Wulla juga menjadi perempuan pertama asal Sumba yang lolos menjadi anggota DPR RI Periode 2019-2024.
Atas bentuk protes terhadap pengunduran diri ratu wulla. Pada hari minggu tanggal 17/3/2024 masyarakat sumba melakukan aksi doa bersama dengan membakar 73ribu lilin untuk caleg bernama Ratu Ngadu Bonu Wulla yang berasal dari Sumba. Masyarakat Sumba merasa Bahwa Suara dan kepercayaan mereka di permainan oleh para elit politik.
Aksi tersebut dilakukan secara spontan oleh masyarakat Sumba dengan berdoa dan membakar lilin.dalam aksinya mereka juga membawa spanduk bertuliskan “kami masyarakat Sumba cinta ibu Ratu Wulla dan juga bertuliskan “Tolak pengunduran diri ibu ratu (orang Sumba bukan boneka)”.
Tentu saja ini bukan sekedar tulisan tetapi memiliki makna bahwa mereka merasa ada kenjanggalan dalam pengunduran diri ibu Ratu, mereka juga merasa dipermainkan oleh elit politik serta meminta kepada Ketum NasDem menolak surat pengunduran diri dari ibu Ratu.
Seperti yang diketahui bahwa caleg Ratu Wulla mengundurkan diri usai terpilih menjadi caleg DPR didaerah pemilihan (dapil) NTT II, beliau memperoleh 76.331 suara lebih tinggi dari mantan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang meraih 65.359 suara.
Beliau menyerahkan langsung surat pengunduran diri kepada ketua umum partai NasDem yaitu Surya Paloh, Surat tersebut diserahkan langsung oleh Ratu Wulla bersama suaminya. Menurut saksi dari Partai NasDem, surat pengunduran diri tersebut atas keputusan pribadi tanpa paksaan dari partai maupun caleg Viktor Bungtilu Laiskodat.
Pengunduran diri Ratu Ngadu Bonu Wulla itu disampaikan salah satu saksi Partai Nasdem, saat rapat pleno rekapitulasi perolehan suara Pemilu 2024 di KPU RI, Selasa (12/3/2024) siang. Dikutip dari Kompas.com, Ratu Wulla mengaku mendapatkan tugas lain dari Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
“Iya benar karena ada penugasan lain dari Ketum Partai NasDem Pak SP (Surya Paloh, red),” kata Ratu singkat
Dikutip dari Republika.co.id.jakarta –Pengamat Politik yang juga Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago memprediksi adanya kesepakatan politik dalam kasus pengunduran diri caleg DPR RI dari Partai Nasdem nomor urut 5 di Dapil Nusa Tenggara Timur (NTT) II, Ratu Ngadu Bonu Wulla.
Prediksinya, di balik pengunduran diri itu, Ratu Wulla akan dijagokan maju di Pilgub NTT..
“Setiap orang yang mengundurkan diri dari satu jabatan di NasDem, menurut tradisi NasDem kemudian mendapat kedudukan tugas khusus,” ujar Sekjen DPP Partai NasDem, Hermawi Taslim pada Jumat (15/3/2024).
Hermawi enggan menjelaskan lebih lanjut soal mundurnya Ratu Wulla dari pencalonan anggota legislatif tersebut. Ia menegaskan tak ada janji politik yang ditawarkan pada Ratu usai mundur.
Kecurigaan lain yang perlu diungkapkan adalah strategi politik apa yang sedang dijalankan Surya Paloh, sehingga bukan Viktor Laiskodat yang mendapat penugasan lain dari partai?
Kenapa harus Ibu Ratu Wulla yang diberikan penugasan lain sedangkan Ratu Wulla sudah dipastikan lolos ke senayan. Bukankah dengan begitu rakyat yang memilih Ratu Wulla tidak bertepuk sebelah tangan? Atau, apakah ini bagian dari akal-akalan untuk menguntungkan Viktor Laiskodat?
Kecurigaan dari publik terhadap status dan posisi Viktor Laiskodat kian menguat dan mencuri perhatian masyarakat yang beranggapan bahwa ini adalah strategi agar meloloskan celag Viktor.
Situasi yang dinilai menguntungkan Viktor ini seakan-akan mengafirmasi dirinya sebagai “anak emas” Dari partai yang memiliki kekuatan pemilik modal dan kekuasaan pemilik partai.
Mundurnya Ratu Wulla masih misterius. Warga Sumba percaya bahwa Ratu Wulla terdesak untuk mengundurkan diri bukan karna kemauan dari caleg tersebut.
Masyarakat Sumba masih berharap agar Ratu Wulla membatalkan pengunduran dirinya, karena dimata masyarakat beliau adalah sosok yang sangat peduli dengan masyarakat kecil, selalu mementingkan masyarakat bahkan rela berkorban bagi masyarakat.
Salah satu warga Sumba, ibu martha Kii memohon agar ibu ratu bisa menarik kembali pengunduran dirinya. Dia meminta agar pemimpin partai politik tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi memikirkan masyarakat yang menitipkan harapan melalui Ratu Wulla dia mengatakan bahwa “jika ada yang coba-coba menghalangi utusan mereka ke senayan maka dia harus bertanggung jawab mendapatkan sanksi sosial dari Masyarakat, karna mereka memilih beliau bukan lain-lain dari partai tersebut.
“Waktu terpilih dengan suara terbanyak dan dipastikan meraih satu kursi, mama (Ratu) menangis. Mama janji akan terus berjuang untuk Sumba,” kata Andreas B Dadi, tokoh muda Sumba Barat Daya lewat sambungan telepon pada Selasa (19/3/2024) pagi.
Keputusan yang diambil Ratu Wulla Menghanguskan harapan rakyat yang dipercayakan pada pundak Ratu Wulla, dalam hal ini orang-orang Sumba yang merupakan basis utama pendukungnya. Tak ada salahnya kita mencurigai maksud lain di balik situasi ini.
Patut dipertanyakan bahwa substansi penugasan macam mana yang dimaksud? Seandainya secara elektoral, bukan Viktor Laiskodat, Tetapi Jacki Uly yang menempati posisi kedua, apakah penugasan yang sama masih tetap diberikan kepada Ratu Wulla? Bagaimana nasib masyarakat yang telah mempercayakan harapannya pada Ratu Wulla? Jangan-jangan ada alasan lain yang sekali-kali dapat berubah, tergantung keputusan elite partai?
Pertanyaan tersebut melahirkan dua kesan, yang Pertama, suara dan wajah masyarakat yang diwakili dalam persona politik Ratu Wulla adalah suara dan wajah korban kekerasan elite partai, yaitu kekerasan yang sifatnya laten, tapi tidak disadari, juga tidak dirasakan, Yang Kedua, masyarakat mungkin tengah diperhadapkan dengan skema persona politik Ratu Wulla.
Apakah ia sebenarnya tak berdaya atau turut memperdaya suara rakyat demi pertimbangan kalkulatif dan pragmatis? Apakah rattu dipaksa atau melakukan dengan kesengajaan untuk meraih peluang baru di balik penugasan partai.
Pengunduran diri Ratu Wulla memberi kesan kepada publik bahwa politik transaksional sudah mendarah-daging dalam kancah politik kita sekarang, secara khusus dalam tubuh partai politik.
Politik transaksional adalah praktik politik di mana keputusan dan tindakan politik didasarkan pada pertukaran antara pihak-pihak yang terlibat, biasanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok, daripada untuk kepentingan publik atau prinsip-prinsip ideologis.
Ini sering melibatkan negosiasi di balik layar, penggunaan kekuasaan politik untuk keuntungan pribadi, dan pertukaran politik yang tidak selalu terbuka atau jujur.
Partai politik yang seharusnya menentukan fondasi, arah, sekaligus bobot gerakan yang memungkinkan langkah-langkah etis para kadernya, malah melakukan hal yang sebaliknya, seperti masalah yang telah diidentifikasi, di mana penyebabnya adalah kurangnya identitas ideologis yang jelas dalam partai politik. Hal ini menyebabkan partai politik menjadi tempat untuk melakukan tukar-menukar kepentingan pribadi dengan cara yang tidak selalu transparan dan penyakitnya adalah partai politik tidak lagi memiliki identitas ideologis yang jelas.
Dari pernyataan tersebut, kita sadar bahwa politik memang tidak seimbang selalu berwajah ganda. Kadang memberi kejutan untuk masa depan yang lebih baik, kadang mencegat kita dengan bahaya dari masa lampau. Dan bahwa barisan kursi di Senayan tidak hanya empuk untuk diduduki oleh wakil rakyat, tetapi juga menunjukkan kepada kita bahwa tidak selamanya politik menopang kejujuran didalamnya apalagi harapan ideal masyarakat demokratis.
Dan juga ketika melihat gelombang tuntutan masyarakat Sumba terhadap pengunduran diri ratu wulla ini, tak bisa diabaikan bahwa ada sesuatu yang memicunya. Masyarakat Sumba bukanlah orang-orang yang ceroboh; mereka adalah individu yang sadar akan hak-hak mereka dan memiliki harapan yang tinggi terhadap pemimpin mereka. Namun, kegagalan dalam memenuhi ekspektasi tersebut telah membawa mereka pada titik terakhir mereka.
Tentu, langkah seperti menarik surat pengunduran diri bukanlah tindakan yang harus diambil dengan ringan. Namun, ini adalah panggilan keras dari rakyat yang merasa dikhianati dan tidak didengarkan. Politisi tidak dapat mengabaikan suara ini, karena pada akhirnya, mereka adalah perwakilan rakyat.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.