Upaya Penyelamatan Warga dari Banjir Berulang

FK, Bencana banjir yang melanda Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, pada 30 Januari 2025, membawa duka mendalam bagi warga. Tiga orang meninggal dunia akibat meluapnya Sungai Siumate, sementara ratusan rumah dan lebih dari 215 hektare sawah hancur diterjang air bah.

Warga di Desa Naitae, Tuakau, dan Nuatus kini menuntut solusi konkret dari Pemerintah Provinsi NTT agar tragedi ini tidak terulang.

Sebagai respons atas bencana ini, Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Winston Rondo, bersama Kepala BPBD NTT Cornelis Waduh dan Kepala Dinas Sosial NTT Kanisius Mau, turun langsung menemui warga terdampak.

Dalam kunjungan tersebut, masyarakat meminta pemerintah segera membangun tembok penahan atau bronjong sepanjang satu kilometer di kedua sisi Sungai Siumate untuk mencegah banjir susulan.

Kepala Desa Naitae, Koresh Laume, menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian pemerintah terhadap para korban banjir. Namun, ia menegaskan bahwa bantuan sementara tidak cukup. Warga membutuhkan infrastruktur permanen untuk mencegah banjir berulang.

Hal serupa diungkapkan Kepala Desa Tuakau, Benyamim Ndun, yang menyoroti dampak buruk pembangunan jembatan dengan sistem gorong-gorong. Menurutnya, sejak jembatan tersebut dibangun, masyarakat sudah dua kali mengalami bencana banjir yang parah.

“Kami memohon agar Pemerintah Provinsi segera membangun bronjong di sepanjang Sungai Siumate. Jika ini tidak segera dilakukan, kami khawatir kejadian serupa akan terus terulang, mengancam nyawa dan penghidupan warga,” ujar Benyamim.

Winston Rondo: Pemprov Harus Bergerak Cepat!

Merespons permintaan warga, Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Winston Rondo, mendesak Pemprov NTT, khususnya Dinas PUPR, untuk segera membangun bronjong sebagai langkah mitigasi bencana.

“Dalam waktu cepat, pemerintah harus membangun tembok penahan sungai agar masyarakat tidak lagi mengalami banjir saat hujan deras. Ini adalah bentuk tanggung jawab negara terhadap rakyatnya,” tegas Winston.

Ia juga menekankan bahwa kunjungan bersama BPBD dan Dinas Sosial NTT merupakan bukti bahwa pemerintah hadir dalam situasi krisis. Namun, Winston menegaskan bahwa kehadiran semata tidak cukup tanpa tindakan nyata.

“Negara harus hadir bukan hanya saat bencana terjadi, tetapi juga dalam memberikan solusi jangka panjang. Kami akan mengawal usulan pembangunan bronjong ini agar dapat direalisasikan dalam waktu dekat,” katanya.

Ancaman Banjir Susulan dan Dampak Jangka Panjang

Warga Fatuleu Barat kini hidup dalam ketakutan akan potensi banjir susulan, mengingat curah hujan yang masih tinggi. Selain kehilangan rumah dan sawah, banyak petani menghadapi ancaman gagal panen karena lahan mereka rusak parah.

“Bronjong sangat penting untuk mencegah banjir susulan. Jika tidak segera dibangun, petani tidak akan bisa menanam lagi pada musim tanam berikutnya,” kata seorang warga yang lahannya terdampak banjir.

Dengan kondisi yang semakin mengkhawatirkan, masyarakat berharap pemerintah tidak hanya memberikan bantuan tanggap darurat, tetapi juga mengambil langkah nyata dalam membangun infrastruktur pengendali banjir. Jika tidak, bencana serupa akan terus mengancam kehidupan mereka.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.