Di NTT, dua desa—Penfui Timur dan Baumata—menjadi laboratorium awal dari mimpi besar itu. Koperasi di sana bukan sekadar unit simpan pinjam. Ia dikembangkan sebagai ekosistem desa: pusat sembako, cold storage, apotek, bahkan klinik. “Kita ingin koperasi ini punya wajah modern, tapi akarnya tetap rakyat,” tegas Budi Arie.

Koperasi: Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi

Bukan tanpa alasan NTT dipilih. Dengan lebih dari 2.700 koperasi aktif dan total anggota mencapai 1,3 juta orang, provinsi ini dianggap siap menjadi lokomotif gerakan koperasi baru. Gubernur Melki Laka Lena menegaskan, “Kami ingin NTT jadi barisan depan perubahan ekonomi desa.”

Bahkan Bupati Kupang, Yosef Lede, menyodorkan wilayahnya sebagai pilot project nasional. Langkah itu dipertegas dengan kunjungan ke Koperasi Simpan Pinjam Tanaoba Lais Manekat (KSP TLM) di Kecamatan Taebenu. Dengan anggota lebih dari dua ribu orang dan aset yang terus bertumbuh, TLM dijuluki “koperasi panutan” oleh Menteri.

“Kalau ingin tahu bagaimana koperasi bisa benar-benar hidup, lihat TLM. Ini bukan sekadar koperasi, ini inspirasi nasional,” ujar Budi.