FK, Jakarta – Pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja luar biasa pada Rabu (22/1/2025), dengan kedua indikator utama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah, menguat signifikan.
Meskipun dihadapkan dengan ketidakpastian global, optimisme pasar tetap terjaga berkat sejumlah faktor pendorong, baik dari domestik maupun internasional.
Pada akhir perdagangan, IHSG tercatat naik 1,05% ke level 7.257,13, terus bertahan di atas level psikologis 7.200. Sektor teknologi dan infrastruktur menjadi pendorong utama dengan kenaikan masing-masing sebesar 2,54% dan 2,16%.
Pergerakan IHSG
Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), serta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ikut berkontribusi signifikan terhadap penguatan IHSG.
Selain itu, rupiah juga memperpanjang penguatan terhadap dolar AS dengan ditutup pada level Rp16.280/US$. Kebijakan pemerintah terkait revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 36 Tahun 2023 mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) menjadi faktor utama yang mendukung penguatan rupiah.
Aturan yang mewajibkan eksportir menempatkan 100% devisa hasil ekspor di dalam negeri ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan dolar di pasar domestik.
Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pasokan dolar dan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebut kebijakan ini sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada dolar di luar negeri.
Musim laporan keuangan kuartal IV-2024 dan full year 2024 juga menjadi katalis positif yang dapat mendorong optimisme pasar. Dengan kinerja emiten yang solid, diharapkan kepercayaan investor akan meningkat sehingga mendukung penguatan pasar saham Indonesia ke depannya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/1/2025), didukung oleh revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang diumumkan pemerintah.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,31% ke level Rp16.280/US$, melanjutkan tren positif dari hari sebelumnya yang juga naik 0,15%.
Pergerakan Rupiah
Sentimen positif lainnya datang dari pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang membawa dampak langsung terhadap pasar Indonesia.
Kebijakan pro-bisnis dan proteksionisme yang diusung oleh Trump memperkuat harapan investor akan stabilitas pasar Indonesia di tengah ketegangan global.
Katalis yang Mendukung Pasar Indonesia:
- Kebijakan DHE: Kebijakan baru yang mewajibkan eksportir menempatkan seluruh devisa hasil ekspor di Indonesia diharapkan bisa meningkatkan cadangan devisa dan memperkuat nilai tukar rupiah.
- Musim Laporan Keuangan: Kinerja emiten yang solid untuk kuartal IV-2024 turut memberi angin segar bagi investor di pasar saham Indonesia.
- Optimisme Global: Kebijakan proteksionisme Trump membuka peluang baru bagi Indonesia, terutama untuk produk berbasis serat nabati dan farmasi.
Menurut Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas, Silva Halim, pasar saham Indonesia diprediksi akan terus menarik meskipun volatilitas masih mungkin terjadi pada semester pertama 2025.
“Dengan valuasi yang menarik dan imbal hasil dividen tinggi, kami yakin pasar Indonesia akan tetap stabil,” ujar Silva.
Outlook Pasar ke Depan: Mengingat kebijakan pemerintah yang mendukung stabilitas pasar dan tren positif dari luar negeri, pasar keuangan Indonesia diharapkan terus menunjukkan performa yang solid.
Pasar saham Indonesia diharapkan dapat mempertahankan momentum positif dengan kinerja emiten yang kuat dan prospek makroekonomi yang membaik.
Tekanan terhadap pasar keuangan domestik relatif kecil pada hari ini, Kamis (23/1/2025). Kondisi ini diharapkan bisa menjadi angin segar untuk meneruskan rally di IHSG dan rupiah. Namun, pelaku pasar harus tetap mewaspadai perkembangan ekonomi yang bisa menjadi penentu pergerakan IHSG hingga rupiah.
Kombinasi faktor global dan domestik memberikan angin segar bagi pasar saham. Di AS, rekor baru S&P 500 dan Nasdaq menunjukkan optimisme terhadap teknologi dan kecerdasan buatan, sementara di Indonesia, penguatan IHSG didukung oleh kebijakan DHE dan harapan terhadap musim laporan keuangan. Meskipun tantangan masih ada, seperti tekanan dari penguatan dolar AS dan proteksionisme perdagangan, langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah dan emiten memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan pasar di tahun 2025.
IHSG Menguat di Tengah Dinamika Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
Di Tanah Air, IHSG mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,05% ke level 7.257,13, dengan nilai transaksi mencapai Rp 11,9 triliun. Saham sektor teknologi dan infrastruktur menjadi pendorong utama, masing-masing naik 2,54% dan 2,16%. Saham unggulan seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memberikan kontribusi besar terhadap penguatan IHSG.
Sentimen positif di pasar domestik turut dipengaruhi oleh revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang diharapkan mampu memperkuat nilai tukar rupiah. Pemerintah, melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023, mewajibkan eksportir untuk menempatkan 100% DHE di dalam negeri mulai 1 Maret 2025. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan pasokan dolar di dalam negeri, sehingga rupiah lebih tahan terhadap tekanan eksternal.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjamin bahwa kebijakan ini tidak akan membebani eksportir. Pemerintah telah menyiapkan instrumen keuangan yang kompetitif, termasuk bunga yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Selain itu, pemerintah tengah merancang berbagai insentif untuk mendukung kelancaran ekspor, sehingga daya saing perdagangan Indonesia tetap terjaga.
Dinamika Musim Laporan Keuangan
Musim laporan keuangan emiten kuartal IV-2024 dan tahunan segera dimulai, menjadi katalis positif bagi pasar. Kinerja positif dari laporan keuangan perusahaan besar diperkirakan akan meningkatkan kepercayaan investor. Di pasar global, solidnya laporan keuangan Netflix dan Nvidia memberikan sinyal bahwa sektor teknologi masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, valuasi IHSG yang menarik dan imbal hasil dividen yang tinggi menjadi daya tarik bagi investor asing. Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas, Silva Halim, optimistis bahwa prospek IHSG akan tetap positif meski volatilitas pasar diperkirakan tinggi pada semester pertama 2025. Fokus kebijakan pemerintah pada penguatan sektor energi dan infrastruktur juga diperkirakan memberikan dukungan tambahan bagi pasar domestik
Laporan keuangan di dalam negeri dimulai dengan rilis kinerja PT Bank Negara Indonesia (BNI) kemarin. BNI mencetak laba sebesar Rp21,46 triliun sepanjang 2024. Perolehan laba itu naik 2,64% secara tahunan (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp20,90 triliun pada dari tahun 2023.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba BNI tertekan oleh beban bunga yang melonjak sebesar 29,24% secara tahunan (yoy) menjadi Rp26,1 triliun. Pada periode yang sama pendapatan bunga naik 8,32% yoy menjadi Rp66,58 triliun.
Hari ini PT Bank Central Asia (BCA) akan mengumumkan laporan kinerja keuangan kuartal IV-2024 sekaligus setahun penuh.
Sebagai catatan, laba bersih BCA pada 2023 adalah Rp48,6 triliun. Angka ini naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, laba bersih BCA hingga kuartal III 2024 adalah Rp41,1 triliun. Angka ini naik 12,8% secara tahunan (yoy).
Klaim Pengangguran AS
AS hair ini akan mengumumkan data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 18 Januari 2025 dan data penjualan rumah AS periode Desember 2024.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan angka klaim pengangguran mingguan kali ini cenderung naik tipis menjadi 219.000, dari pekan sebelumnya sebesar 217.000.
Namun yang terpenting, data ini juga akan dipantau oleh pelaku pasar mengingat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada pertemuan 29 Januari mendatang.
Data tenaga kerja termasuk klaim pengangguran akan dicermati oleh pelaku pasar global, mengingat langkah The Fed yang kembali berubah dan mereka mengindikasikan tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuannya.