“Kita dapat dengan percaya diri mengatakan bahwa ketika peternak menggunakan pakan konsentrat, meskipun membutuhkan biaya awal atau modal yang lebih tinggi, namun mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar karena ternak babi tumbuh lebih cepat sehingga dapat dijual lebih cepat,” kata Prajwal Shahi.
Pada acara ini juga dilakukan seremoni serah terima materi edukasi yang bertujuan mendorong partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk peternak rumahan, peternakan industri, serta pemerintah daerah.
Materi edukasi ini tersedia secara gratis dan dapat diakses melalui tautan bit.ly/MateriDigitalASFdanIB. Kampanye daring mengenai pencegahan wabah Flu Babi Afrika (African Swine Fever/ASF) juga diluncurkan untuk meningkatkan pengetahuan peternak mengenai langkah-langkah biosekuriti.
Rofinus Rudeng, perwakilan peternak babi NTT, menyatakan bahwa kampanye tersebut sangat membantu peternak kecil mendapatkan akses mudah terhadap pakan, obat-obatan hewan, dan bibit babi unggul.
“Hal ini berdampak positif pada ekonomi peternak, di mana anak-anak mereka dapat bersekolah dengan baik dan kecukupan gizi keluarga terjamin. Selain itu, saya juga senang karena dapat menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal, serta menjadi tempat magang bagi siswa SMK dan mahasiswa jurusan peternakan dan biologi,” ungkapnya.