Penulis : Yoseph Bataona
FAKTAHUKUMNTT.COM-KUPANG, NTT, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTT, Robert HP Sianipar mengapresiasi pertumbuhan kinerja Perbankan di NTT. Ini dikatakannya saat gelar pertemuan berkala bersama berbagai media di Kantor OJK (22/04/2019)
“Iklim berinvestasi di daerah seperti ini cukup baik dan bisa mendorong investor dari luar untuk berinvestasi di NTT dengan aman dan nyaman. Oleh sebab itu media diharapkan bisa menginformasikan perkembangan tentang situasi ekonomi yang baik tersebut kepada masyarakat”, harap Robert
Lebih lanjut kepada media  Robert juga mengapresiasi media yang membangun kerjasama dengan OJK sehingga dapat menyampaikan informasi soal perkembangan perbankan dengan baik.
“Hasil pengamatan OJK menunjukan realitas bahwa perkembangan pertumbuhan kinerja perbankan di NTT sangat baik.”
“Saya berharap kerjasama antara media dan OJK terus ditingkatkan.  Media sangat cepat dalam penyebaran informasi sehingga masyarakat pun dengan cepat pula mengetahui perkembangan positif yang dapat memberi iklim investasi bagi investor dari luar,” ujarnya.
Dalam pertemuan triwulan tersebut, Manajer Fungsi Koordinasi, Komunikasi dan Kebijakan KPw BI NTT, menyampaikan materi terkait Pengembangan UMKM di Bank Indonesia.
Menurutnya perlu adanya Kebijakan pengembangan UMKM Bank Indonesia dalam mendukung fungsi dari Bank Indonesia dan kestabilan Bank Indonesia. Salah satu yang perlu kestabilan adalah inflasi. inflasi tidak bisa dikendalikan karena sangat bersentuhan dengan kestabilan ekonomi.
Hadir sebagai pemateri saat coffee morning bersama media, Kepala Sub Bagian Pengawasan Bank OJK NTT, Suryanto Nur Hidayat Bagus Mataram, memaparkan materi Perkembangan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di NTT.  Sementara Kepala Sub Bagian Administrasi, merangkap Kepala Sub Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Dony Presetyo, tentang Perlindungan Konsumen.
Suryanto Nur Hidayat Bagus Mataram membeberkan,  aset kinerja keuangan Bank NTT pada Februari 2018-Februari 2019. secara aset lebih rendah dari nasional dimana NTT 7,59 ℅ dan nasional 8,09 ℅. Sementara dana pihak ketiga lebih tinggi 7,7 ℅, dibanding nasional 5,7 ℅. Sedangkan kredit 13,43℅ dan nasional 12,13 ℅. Untuk tabungan posisi Februari 2019 Rp 14,09 Triliun, giro Rp 5,03 Triliun dan deposito Rp 6,9 Triliun, sehingga yang paling besar adalah tabungan. Sebaran terbesar DPK di NTT yaitu di Kota Kupang, 43,12 ℅, Kabupaten Ende, 7,20 ℅ dan Kabupaten Manggarai, 6,46 persen.
Untuk kinerja kredit berdasarkan tiga sektor yaitu bukan lapangan usaha Rp 17 Triliun atau 61 ℅, perdagangan besae dan eceran Rp 7 Triliun atau 24 ℅ dan konstruski Rp 674 miliar atau 2 ℅. Ini artinya bukan lapangan usaha seperti kredit pns, kredit konsumsi, paling besar ada di sektor non produktif.
Sebagaimana diketahui dari aset (dari tahun ke tahun) Desember 2018 meningkat sebesar 8,26 %, lebih rendah daripada nasional, di mana peningkatannya sebesar 9,31 ℅. Sedangkan Melihat fungsi intermediasi kota Mataram,  dana pihak ketiga (DPK), yakni nilai tabungan dan deposito peningkatannya lebih baik daripada nasional 8,3 %, sementara nasional 5,2 ℅. Soal kredit, peningkatantannya lebih baik dari nasional sebesar 13,41℅ , dan nasional 12,85 ℅.
Suryanto menjelaskan, di Februari (year on year) 2019, secara aset memang lebih rendah dari nasional. Dimana di NTT 7,59 ℅, sementara nasional 8,09 persen. (MZ)