FAKTAHUKUMNTT.COM, SoE TTS – Menyadari pentingnya ketahanan pangan dalam menghadapi dampak perubahan iklim, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) merancang kurikulum muatan lokal (mulok) tentang pangan lokal untuk jenjang SD dan SMP.

Terkait hal itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS bekerja sama dengan ICRAF menggelar Lokakarya Peningkatan Kapasitas dan Pengarusutamaan kurikulum pangan lokal untuk ketahanan iklim sebagai materi muatan lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

IMG 20240320 WA0023 e1710899808669
Pose bersama dengan peserta kegiatan

Lokakarya tersebut berlangsung di Aula Hotel Blessing, Kota Soe, pada Selasa – Rabu, 19-20 Maret 2024.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS, Musa Benu mengatakan,
langkah tersebut merupakan wujud komitmen pemerintah daerah untuk memperkuat ketahanan pangan di Kabupaten TTS.

“Tim pengembang kurikulum muatan lokal (mulok) telah dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS nomor DIKBUD 06.03.01/50/2024,” ujarnya.

Dia menjelaskan, Tim ini diketuai oleh Kepala Bidang Pembinaan SD, Yordan L Liu, dan dibagi menjadi tiga kelompok kerja (Pokja) yaitu Bahasa Seni dan Budaya Lokal, Kesehatan Sekolah, Pangan Lokal, dan Ketahanan Iklim.

“Pokja pangan lokal, diketuai oleh Kepala Seksi Kurikulum Bidang SD, Leny A. Laisnima, yang ditugaskan untuk merancang kurikulum mulok pangan lokal untuk siswa SD,” ucapnya.

Dia mengatakan, oleh ketua saat ini pokja sedang mendiskusikan detail kurikulum termasuk apakah materi pangan lokal dapat diajarkan dalam bentuk Proyek Penguatan Profil Pancasila (P5), sebagai mata pelajaran terpisah, atau diintegrasikan dalam mata pelajaran lain.

Menurut Musa, Pemkab melihat pentingnya mengintegrasikan kearifan lokal dalam pendidikan formal untuk mempersiapkan generasi mendatang menghadapi tantangan masa depan.

“Rancangan kurikulum tentang pangan lokal ini juga menjadi salah satu upaya kami dalam menghadapi dampak perubahan iklim di Kabupaten TTS,” ujarnya.

Selain itu, Musa menekankan bahwa inisiatif mulok pangan lokal ini sesuai kerangka hukum yang ada, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.

“Melalui upaya ini diharapkan tidak hanya pengetahuan tentang pangan lokal yang terjaga, tetapi juga ketahanan pangan dan ekonomi lokal yang lebih tangguh terhadap fluktuasi iklim,” tandasnya.

Untuk diketahui, dalam merancang kurikulum mulok pangan lokal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) bekerja sama dengan ICRAF Indonesia.

Research Officer ICRAF Indonesia yang termasuk dalam pokja pangan lokal, Syifa Fitriah Nuraeni menjelaskan, ICRAF saat ini sedang menjalankan program Lahan untuk Kehidupan atau Land4Lives di Kabupaten TTS dan didukung oleh Kedutaan Besar Kanada melalui Global Affairs Canada.

“Land4Lives bertujuan untuk memperkuat kapasitas komunitas rentan dalam menghadapi dampak buruk dari perubahan iklim. Salah satu fokusnya adalah pengembangan kurikulum tentang pangan lokal untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan keterampilan masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap pangan lokal dan keterkaitannya dengan ketahanan iklim,” tandasnya.

Menurut Syifa, pangan lokal berperan penting dalam mengatasi masalah rawan pangan yang disebabkan oleh krisis iklim.

“Maka dari itu, menjadikan tema pangan lokal sebagai mulok merupakan salah satu upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini juga merupakan cara yang efektif untuk menjaga pengetahuan tentang pangan lokal agar tidak punah karena diajarkan sedini mungkin,” imbuhnya.

Hadir membuka kegiatan ini, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Yohanis Benu menegaskan pihaknya mendukung kegiatan ini.

“Kami mendukung kegiatan ini karena kegiatan ini bermanfaat bagi banyak orang,” ujarnya.

Menurut pria yang akrab disapa Anis ini, kondisi perubahan iklim dan ketahanan pangan menjadi hal penting di Kabupaten TTS.

Dirinya berharap dengan adanya lokakarya guna merancang kurikulum mulok pangan lokal ini akan berkontribusi baik bagi generasi muda di Timor Tengah Selatan.

“Melalui kurikulum ini, anak-anak kita dididik untuk memanfaatkan potensi pangan lokal dan mereka dididik mulai dari sekolah,” tuturnya.

Turut hadir pada kegiatan tersebut, Kepala Balai Penjamin Mutu Pendidikan atau BPMP NTT, Herdiana, S.T. ,M.BA, Direktur Icraf Indonesia, Andree Ekadinata, Kepala Bapeda Kab. TTS, Yohanis Benu, Kepala dinas P dan K, Musa Benu, Kabid Pembinaan SMP, David Mbolik, Kabid Pembinaan SD, Yordan Liu, para pemangku kepentingan dan undangan lainnya.

Turut mengikuti kegiatan ini secara virtual, Prof. Dr. Baiduri, M.Si, Kepala Biro Adminitrasi, Kelembagaan, Pengembangan SDM, Universitas Muhammadiyah Malang selaku anggota POKJA Bentang lahan Kabupaten TTS.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.