Panen raya di Babau hari ini terasa seperti pesta kecil yang menghidupkan kembali semangat gotong royong. Suasana penuh syukur, diselingi cerita, tawa, dan harapan yang menari di antara gulungan jerami.

Dalam diam, banyak petani berdoa agar pemimpin seperti Aurum tidak menjadi langka. Karena mereka tahu, pertanian bukan hanya soal produksi, tetapi soal kehidupan. Dan kehidupan, hanya bisa tumbuh subur jika dipupuk dengan empati.

Di akhir kegiatan, seorang petani tua berbisik pelan kepada awak media, “Wakil Bupati ini datang bukan dengan kata-kata, tapi dengan hati. Itu yang kami butuh.”

Hari ini, padi dipanen. Tapi yang tumbuh subur adalah harapan—harapan bahwa negeri ini masih bisa punya pemimpin yang mau kotor kaki, hanya untuk berjalan bersama mereka yang memijak lumpur setiap hari.