Bahkan secara filosofis, Dr. Simon Nahak telah mengedepankan etika berpolitik ala Thomas Hobbes, tangguh seperti Machiavelli, humanis seperti Erich Fromm, Dialektis menghadapi semua perbedaan seperti Hegel, dan berjuang tak kenal lelah dan tanpa pamri demi mensejahterakan rakyat dan daerahnya seperti Soekarno.

Akhirnya, terlepas dari sekian banyak kerapuhan manusiawi yang ada pada diri kita terkhusus dalam diri Bapak Simon Nahak padanya tetap terpatri sebuah lilin harapan yang terus menyala dan juga tumpuan seluruh masyarakat Malaka yang merindukan tumbuhnya simbiosis antara kebenaran dan keadilan.

la masih menjadi harapan bagi dieliminasinya fatamorgana hukum dan ilusi kebenaran dalam berbagai element birokrasi.

la masih menjadi simbol harapan bagi lahirnya demokrasi baru yang bebas dari anarki dan virus primordialisme, serta masih tetap menjadi sosok manusia yang cerdas menanggapi segala tuntutan rasional masyarakat untuk mengatasi persoalan krusial dalam bidang pertanian, perikanan dan kelautan, Peternakan, serta Pariwisata.