Penulis: 

1. Angel Christy Patricia, S.I.Kom (Mahasiswa Pascasarjana, Studi Pembangunan, Universitas Nusa Cendana) 
2. Dr. Syukur Muhaymin Adang Djaha, S.Sos., M.A.P. (Dosen, Studi Pembangunan, Universitas Nusa Cendana) 

FaktahukumNTT.com, OPINI – Deburan ombak yang biasanya menenangkan, gemuruh angin yang akrab di telinga, dan tanah yang menjadi tumpuan hidup, terkadang berubah menjadi ancaman di Nusa Tenggara Timur. Namun, di tengah kerentanan alam, muncul kekuatan tak terduga: perempuan-perempuan tangguh yang bukan hanya bertahan, tetapi juga aktif merajut ketangguhan dan kemandirian bagi komunitas mereka.

Figure 1. Yunita Bauk, sebagai Sekretaris KSB, sedang berperan penting dalam proses simulasi bencana banjir di Desa Tasain untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat

Yunita Bauk (30), dengan semangat mudanya, melihat Desa Tasain di Belu bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga arena untuk mewujudkan perubahan. Menyaksikan desanya yang akrab dengan banjir, puting beliung, rabies, dan longsor, ia tak hanya berdiam diri. Sebagai anggota Kampung Siaga Bencana (KSB) dan staf kantor desa, Yunita memiliki gagasan sederhana namun brilian: mengarusutamakan kesiapsiagaan bencana dalam program desa. Keberhasilannya melobi pemerintah desa untuk mengalokasikan anggaran khusus dan menggelar simulasi evakuasi pertama kali di tahun 2024 adalah bukti nyata kepemimpinannya.